Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan hamba-hamba-Nya dengan menganugerahi mereka sifat ulfah (kedekatan sesama mereka) di dalam agama, memberikan taufik kepada akhlak yang paling mulia, menganugerahi mereka sifat sayang kepada kaum mukminin, menghiasi mereka dengan akhlak yang mulia dan perangai yang diridhai. Menjadikan mereka meneladani Rasulullah Saw. dalam perbuatan, akhlak, pergaulan, dan amalan mereka.
Karena Allah Swt. telah memuji beliau dalam sebuah firman-Nya :
“Sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Allah Swt. telah menyeru beliau kepada akhlak yang agung :
“Berilah maaf kepada mereka dan mintakanlah ampun buat mereka serta ajaklah mereka bermusyawarah dalam banyak hal dan jika kamu memiliki azam/tekad kuat (untuk melakukan sesuatu) maka bertawakkallah kepada Allah.” (Ali ‘Imran: 159)
Di antara kebagusan pergaulan beliau dan keindahannya, Allah Swt. berfirman:
“Jika kamu keras hati niscaya mereka akan lari darimu.” (Ali ‘Imran : 159)
“Berikanlah maaf dan serulah kepada yang baik dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf: 199)
‘Aisyah telah ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw., lalu beliau berkata :
“Akhlaknya adalah Al-Qur’an.”
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah menjadikan hamba-Nya memiliki akhlak yang agung dan mulia. Dialah yang telah membimbing mereka kepada akhlak dan adab yang terpuji, serta menyelamatkan mereka dari akhlak yang tercela. Allah Swt. berfirman :
“Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.” (Al-Anfal: 63)
Ulfah (kedekatan hati) akan melahirkan ukhuwah. Ukhuwah akan melahirkan kebagusan dalam bergaul dan berteman. Allah Swt. lah yang memberikan taufik kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan membantu mereka dengan karunia serta keluasan rahmat-Nya.
Tentunya adab berteman dan bergaul banyak bentuknya. Setiap golongan manusia berhak mendapatkan adab-adab berteman dan bergaul. Oleh karena itu, wajib atas setiap mukmin untuk menjaga hak saudaranya dan memperbagus pergaulannya. Rasulullah Saw. telah menyebutkan bahwa mukmin itu adalah bersaudara, bagaikan satu jasad (tubuh). Tentunya, mereka semestinya akan tolong-menolong dalam kebaikan.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوْادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَى
“Permisalan orang yang beriman dalam cinta kasih dan sayang mereka bagaikan satu jasad yang bila salah satu dari anggota tubuh tersebut mengeluh kesakitan maka seluruh anggota tubuh akan begadang dan merasa panas.” (HR. Muslim no. 4685)
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan yang sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain.” (HR. Al-Bukhari no. 2266)
Apabila Allah Swt. menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, niscaya Allah l memberikan taufiq untuk berteman dengan Ahlus Sunnah, dengan orang yang selalu menjaga diri, orang yang baik, dan baik agamanya. Allah Swt. menyelamatkannya dari berteman dengan pengekor hawa nafsu, ahli bid’ah, dan orang-orang yang menyimpang. Karena Rasulullah Saw. bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang berada di atas agama temannya, maka hendaklah setiap kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dll)
Seorang penyair berkata:
عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِينِهِ فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ مُقْتَدِي
“Janganlah engkau bertanya tentang jati diri seseorang, tapi tanyakanlah siapa temannya Karena setiap orang akan mengikuti temannya”
(lihat Muqaddimah Adab Ash-Shuhbah karya Al-Imam Abdurrahman As-Sulami)
Ruh-ruh itu ibarat pasukan yang kokoh Watak dan karakter yang berbeda sangat memengaruhi pergaulan sehari-hari. Perbedaan watak dan karakter menyebabkan setiap individu akan mencari yang serupa dan menolak jika tidak sama. Yang baik akan bergabung dengan yang baik dan yang jelek akan bergabung dengan yang jelek. Hal ini telah disinyalir oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah sabdanya :
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu ibarat sebuah pasukan yang kokoh, bila dia saling kenal maka akan bertemu, dan bila saling tidak kenal akan berpisah.”
Al-Imam Al-Baghawi di dalam Syarhus Sunnah (13/57) mengatakan :
“Hadits ini disepakati ulama tentang keshahihannya, diriwayatkan oleh Muhammad Saw. (Al-Bukhari t, pen.) dari ‘Aisyah, dan diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim t dari Yazid bin Al-Asham, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah . Abdullah bin Mas’ud berkata :
‘Ruh itu sebuah tentara yang dipersiapkan akan bertemu dengan yang sepadan. Sebagaimana kuda, jika dia cocok maka akan menyatu dengannya, dan bila tidak akan berpisah’.”
Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa ruh-ruh diciptakan sebelum jasad, dan bahwa ruh itu merupakan makhluk, ketika bersatu atau berpisah bagaikan sebuah pasukan bila bertemu dan berhadapan. Hal ini karena Allah Swt. telah menjadikannya ada yang beruntung dan ada pula yang celaka. Setelah itu jasad yang menjadi tempat ruh akan bertemu di dunia, maka akan bertemu atau berpisah sesuai dengan keserupaan atau tidaknya, yang telah diciptakan baginya di awal penciptaannya. Sehingga engkau melihat seseorang yang baik akan mencintai yang baik, dan orang yang jahat akan senang kepada yang serupa. Dan masing-masing dari keduanya akan lari dari lawannya.”
Al-Imam An-Nawawi t dalam syarah beliau menjelaskan :
“Orang yang baik akan condong kepada orang yang baik dan orang yang jahat akan condong kepada yang jahat.”
Figur pergaulan dan persahabatan yang baik pada generasi terbaik sesungguhnya kehidupan ini adalah bagian kecil dari karunia Allah Swt. bagi manusia. Dialah yang telah menciptakan kehidupan dan kematian agar Allah Swt. menguji siapa yang paling baik amalnya di antara mereka. Dia pula yang telah memilih siapa yang paling dekat dengan diri-Nya dari hamba-hamba-Nya serta siapa yang dijauhkan. Dia pula yang telah mengangkat dan merendahkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dengan beramal, seseorang akan menjadi mulia di sisi Allah Swt. dan menjadi generasi terbaik dalam kurun kehidupan manusia. Allah Swt. Berfirman :
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” (Al-Hujurat: 13)
Rasulullah Saw. bersabda :
خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 2457)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11)
Generasi siapakah yang mendapatkan karunia pengangkatan derajat pertama kali dari umat ini dengan ilmu dan amal? Itulah generasi sahabat Rasulullah Saw., sebagaimana dalam hadits ‘Imran bin Hushain di atas. Bagaimanakah mereka berteman, bergaul, dan bersahabat? Apakah mereka mendahulukan kesukuan dan ras? Atau mendahulukan karakteristik dan perasaan? Atau mendahulukan kekeluargaan? Untuk menjawab semua pertanyaan ini, mari kita lihat bagaimana sifat-sifat mereka yang telah diabadikan Allah Swt. di dalam banyak ayat-Nya. Di antaranya :
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya. Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Fath: 29)
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin). Mereka (Anshar) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9)
Adakah sifat pergaulan dan persahabatan dalam bermuamalah yang paling tinggi dari apa yang Allah Swt. sifatkan mereka di dalam ayat-ayat di atas? Mereka adalah orang yang keras terhadap orang kafir dan penyayang sesama mereka. Mereka adalah orang yang taat kepada Allah Swt. dalam melaksanakan segala kewajiban. Mereka adalah orang yang tulus ikhlas dalam mencari karunia Allah Swt.. Mereka adalah orang-orang yang tangguh dan kokoh. Mereka adalah orang yang ditakuti oleh musuh-musuh Allah Swt.. Mereka adalah orang yang mencintai saudaranya lebih dari diri mereka sendiri. Mereka adalah orang yang tidak kikir dan bakhil. Mereka mengutamakan saudaranya daripada kepentingan mereka sendiri. Dengan semua sifat ini, adakah kecurigaan dalam berteman dan persahabatan di antara mereka, buruk sangka, saling benci, saling hasad, saling mencela, saling menjatuhkan, saling menjauhi, mencari-cari kesalahan, dan saling berpaling? Cukuplah pujian dan sanjungan Allah l untuk mereka sebagai generasi terbaik umat ini yang patut untuk diteladani.
0 komentar:
Posting Komentar